mypetanswers.com

Fakta Atau Mitos? Anjing Rabies Akan Mati Setelah Menggigit

dog with questioning facial expression

Rabies, penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus rabies, terus menjadi ancaman serius bagi hewan dan manusia di berbagai belahan dunia. Penyakit ini terutama menyerang mamalia, termasuk anjing, yang seringkali menjadi sumber penularan kepada manusia melalui gigitan. Di tengah upaya pengendalian dan pencegahan, sebuah mitos telah berkembang di masyarakat, yaitu bahwa anjing rabies hanya akan mati setelah menggigit manusia. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap fakta di balik mitos tersebut, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang rabies dan pentingnya vaksinasi.

Memahami Rabies dan Dampaknya

Rabies adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus. Penyakit ini menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan encephalitis atau peradangan pada otak yang pada akhirnya berujung pada kematian. Virus rabies ditularkan melalui air liur hewan yang terinfeksi, umumnya melalui gigitan. Hewan yang terinfeksi rabies menunjukkan beberapa gejala klasik, seperti perilaku agresif, kesulitan menelan, kejang, dan perubahan suara.

Debu Mitos Rabies Anjing

Mitos bahwa anjing rabies akan mati hanya setelah menggigit manusia tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Kematian hewan terinfeksi rabies terjadi karena kerusakan yang disebabkan oleh virus pada sistem saraf, bukan sebagai akibat langsung dari aksi menggigit. Berikut adalah penjelasan ilmiah yang menggugurkan mitos tersebut:

  • Serangan Virus pada Sistem Saraf: Virus rabies bergerak melalui sistem saraf hingga mencapai otak, menyebabkan inflamasi dan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari hingga bulan setelah infeksi terjadi, tergantung pada berbagai faktor, termasuk lokasi gigitan dan sistem kekebalan tubuh hewan.
  • Transmisi Melalui Air Liur: Mekanisme utama penularan rabies adalah melalui air liur yang mengandung virus. Ketika hewan yang terinfeksi menggigit, virus ditransfer ke korban. Proses ini tidak mempengaruhi prognosis atau hasil akhir bagi hewan yang terinfeksi.
  • Perilaku Agresif sebagai Gejala: Rabies menyebabkan perubahan perilaku pada hewan, termasuk agresivitas yang meningkat. Perilaku ini memfasilitasi penyebaran virus ke hewan lain atau manusia, namun tidak berpengaruh pada kelangsungan hidup hewan yang terinfeksi.

Tahapan Penyakit Rabies pada Anjing

Pemahaman tentang bagaimana rabies berkembang pada anjing memberikan wawasan tentang mengapa mitos tersebut tidak berdasar:

  1. Fase Prodromal: Tahap awal ini ditandai dengan perubahan perilaku ringan. Anjing mungkin menjadi gelisah atau lebih pemurung dari biasanya.
  2. Fase Eksitasi: Disebut juga sebagai fase “anjing gila,” di mana anjing menunjukkan perilaku sangat agresif, kesulitan menelan, dan bisa mengalami kejang.
  3. Fase Paralitik: Tahap akhir ini berlangsung beberapa hari setelah fase eksitasi, di mana anjing mengalami paralisis dan akhirnya mati.

Kunci Pencegahan: Vaksinasi

Vaksinasi merupakan langkah pencegahan yang paling efektif terhadap rabies. Program vaksinasi rabies untuk anjing tidak hanya melindungi hewan itu sendiri dari penyakit mematikan ini, tapi juga mengurangi risiko penularan kepada manusia dan hewan lain. Vaksinasi secara rutin, yang direkomendasikan oleh dokter hewan, adalah kunci untuk mencegah penyebaran rabies.

Kesimpulan

Mitos yang menyatakan bahwa anjing dengan rabies hanya akan mati setelah menggigit manusia adalah salah dan tidak didukung oleh bukti ilmiah. Rabies adalah penyakit serius yang menyerang sistem saraf dan dapat mengakibatkan kematian, baik pada hewan maupun manusia, tanpa memandang apakah telah terjadi gigitan atau tidak. Pentingnya kesadaran dan edukasi tentang rabies serta vaksinasi adalah elemen kunci dalam upaya pencegahan dan kontrol penyakit ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top